JANGAN JADI PERAGU

Sudah simaklumi bahwa sikap ragu-ragu itu kurang baik. Secara universal nurani manusia memahami persoalan ini. Tetapi  banyak kita jumpai para peragu di sekitar kita. Bahkan boleh jadi kita termasuk didalamnya. Para peragu sebenarnya tidak berbeda dengan kebanyakan orang lain. Semua orang secara wajar menginginkan kebaikan, sukses dan kemudahan . Keliru bila sikap ragu itu ditempuh karena mereka tidak ingin sukses. Mereka ingin sukses dan mendapat kemudahan, hanya saja mereka sangat takut untuk menempuh resiko. Ketakutan yang berlebihan pada kegagalan, membuat mereka merasa lebih baik memilik sikap ragu-ragu. Mereka takut salah melangkah lalu menjumpai keburukan di ujung langkah itu.

Mereka mengira bahwa keraguan itu terpuji, bermanfaat dan menguntungkan sekali. Padahal sebaliknya, sikap ragu adalah sesuatu yang buruk dan merugikan. Bila direnungi lebih mendalam, kita akan melihat bahwa banyak kerugian yang akan didapat oleh mereka yang gemar bersikap ragu-ragu.

Sikap ragu menyebabkan orang terlambat dalam berindak. Diantara sebab munculnya kesulitan adalah ketika kita kerap melakukan sesuatu lebih lambat dari yang diharapkan. Membawa situasi terlambat, berfikir  terlambat, menyiapkan diri terlambat, membuat tindakan terlambat, bahkan menerima hasil pun kita terlambat. Disemua  lini  kita terlambat. Wajar saja jika urusan rezeki, Alloh berikan pada kita dengan cara yang lambat pula.

Ada ungkapan cukup menarik yang mengatakan bahwa “Kesempatan itu tidak datang dua kali” ketika kita tengah memburu peluang, karena disadari bahwa adanya peluang itu dibatasi oleh waktu. Peluang tidak akan muncul setiap saat. Sikap ragu ragu ketika berhadapan dengan peluang menyebabkan kita kehilangan peluang itu sendiri. Otomatis kita  akan kehilangan kebaikan-kebaikan di balik peluang itu.

Ada seorang gadis dengan kriteria yang istimewa membuka pintu terhadap seorang pemuda. Jika pemuda itu menanggapinya dengan segudang ketakutan dan khawatir, yakinlah tidak lama kemudian gadis itu pasti sudah akan menjadi ‘nyonya ‘ bagi pemuda yang lain. Konon kaum wanita lebih suka pada pemuda yang seadanya tetapi berpendirian tegas dibandingkan pemuda ‘paripurna’ namun penakut.

Keraguan kerap memuat orang melakukan kekeliruan-kekeliruan  yang sebenarnya tidak perlu. Sikap ragu menyebabkan orang ‘gamang’, undakan-undakannya goyah tidak disertai keyakinan.

Ragu ragu sering membuat orang maju-mundur. Antara harus melangkah ke depan atau surut ke belakang. Dalam kondisi demikain muncul tindakan tindakan yang didasari oleh ‘kemauan’ sekaligus ‘ketidak mauan’. Maka lahirlah sebaris kesulitan-kesulitan baru yang sebenarnya jauh-jauh ingin dihindari. Orang ingin tampil sempurna dihadapan umum, tetapi kemudian malah menjadi bahan guyonan.

Dari kerja yang disertai keraguan tidak akan muncul hasill maksimal. Bagaimana mungkin akan diperoleh hasil maksimal jika yang mengerjakannya telah diserang sikap ragu sejak awal. Dia ragu akan kemampuan dirinya sendiri. Dia ragu akan beban kerja yang harus di embannya. Dia ragu akan daya dukung rekan-rekan dan lingkungan sekelilingnya. Bahkan dia ragu dengan bantuan pertolongan Alloh. Kebaikan apa yang bisa diperoleh dari kerja orang seperti itu?

Oleh karena itu jangan ragu dalam menghadapi segala hal, bila kita ingin sukses

Tinggalkan komentar